+-+Pemberitahuan+-+

Bila foto-foto di sini terlihat kurang bagus, silakan klik di siniatau klik gambar yang anda inginkan untuk melihat gambar langsung dari sumbernya.

Monday, July 20, 2009

Getarkan Australia, Singapura, Malaysia

Saya mengutip sebuah komentar sebagai berikut dan ini dari:

Oleh Cardiyan HIS



Momentum ini harus dijaga terus dan ditingkatkan sebagai kebanggaan
atas kemampuan teknologi sendiri. Jangan sampai karya insinyur
Indonesia ini dijegal justru oleh orang Indonesia sendiri (biasa) para
ekonom-ekonom Pemerintah yang sering menganggap karya bangsa sendiri
sebagai terlalu mahal dan hanya buang-buang uang saja untuk riset ....!
Inilah musuh yang sebenarnya. Waspadailah kawan-kawan insinyur
Indonesia.

Meski sudah berlangsung 2 pekan yang lalu, peluncuran roket RX-420
Lapan ternyata masih jadi buah bibir. Anehnya bukan jadi buah bibir di
Indonesia yang lebih senang ceritera Pilpres, tetapi di Australia,
Singapura dan tentu saja di negara tetangga yang suka siksa TKI dan
muter-muterin Ambalat yakni Malaysia.

Seperti diketahui roket RX-420 ini menggunakan propelan yang dapat
memberikan daya dorong lebih besar sehingga mencapai 4 kali kecepatan
suara. Hal itu membuat daya jelajahnya mencapai 100 km. Bahkan bisa
mencapai 190 km bila struktur roket bisa dibuat lebih ringan. Yang
punya nilai tambah tinggi ini adalah 100% hasil karya anak bangsa, para
insinyur Indonesia. Begitu pula semua komponen roket-roket balistik dan
kendali dikembangkan sendiri di dalam negeri, termasuk software. Hanya
komponen subsistem mikroprosesor yang masih diimpor. Anggaran yang
dikeluarkan untuk peluncurannya pun “cuma” Rp 1 milyar. Kalah jauh
dengan yang dikorupsi para anggota DPR untuk traveller checks
pemenangan Miranda Gultom sebagai Deputi Senior Gubernur BI yang lebih
dari Rp. 50 milyar. Apalagi kalau dibandingkan dengan korupsi BLBI yang
lebih dari Rp. 700 trilyun.

Mengapa malah menjadi buah bibir di Australia, Singapura dan Malaysia?
Karena keberhasilan peluncuran roket Indonesia ini ke depan akan
membawa Indonesia mampu mendorong dan mengantarkan satelit Indonesia
bernama Nano Satellite sejauh 3.600 km ke angkasa. Satelit Indonesia
ini nanti akan berada pada ketinggian 300 km dan kecepatan 7,8 km per
detik. Bila ini terlaksana Indonesia akan menjadi negara yang bisa
menerbangkan satelit sendiri dengan produk buatan sendiri. Indonesia
dengan demikian akan masuk member "Asian Satellite Club" bersama Cina,
Korea Utara, India dan Iran.

Nah kekhawatiran Australia, Singapura dan Malaysia ini masuk akal,
bukan? Kalau saja Indonesia mampu mendorong satelit sampai 3.600 km
untuk keperluan damai atau keperluan macam-macam tergantung kesepakatan
rakyat Indonesia. Maka otomatis pekerjaan ecek-ecek bagi Indonesia
untuk mampu meluncurkan roket sejauh 190 km untuk keperluan militer
bakal sangat mengancam mereka sekarang ini pun juga!!! Kalau tempat
peluncurannya ditempatkan di Batam atau Bintan, maka Singapura dan
Malaysia Barat sudah gemetaran bakal kena roket Indonesia. Dan kalau
ditempatkan di sepanjang perbatasan Kalimantan Indonesia dengan
Malaysia Timur, maka si OKB Malaysia tak akan pernah berpikir ngerampok
Ambalat. Akan hal Australia, mereka ada rasa takutnya juga. Bahwa mitos
ada musuh dari utara yakni Indonesia itu memang bukan sekedar mitos
tetapi sungguh ancaman nyata di masa depan dekat.



CN 235 Versi Militer

Rupanya Australia, Singapura dan Malaysia sudah lama “nyaho” kehebatan
insinyur-insinyur Indonesia. Buktinya? Tidak hanya gentar dengan roket
RX-420 Lapan tetapi mereka sekarang sedang mencermati pengembangan
lebih jauh dari CN235 versi Militer buatan PT. DI. Juga mencermati
perkembangan PT. PAL yang sudah siap dan mampu membuat kapal selam asal
dapat kepercayaan penuh dan dukungan dana dari pemerintah..

Kalau para ekonom Indonesia antek-antek World Bank dan IMF menyebut
pesawat-pesawat buatan PT. DI ini terlalu mahal dan menyedot investasi
terlalu banyak (“cuma” Rp. 30 trilun untuk infrastruktur total, SDM dan
lain-lain) dan hanya jadi mainannya BJ Habibie. Tetapi mengapa Korea
Selatan dan Turki mengaguminya setengah mati? Turki dan Korsel adalah
pemakai setia CN 235 terutama versi militer sebagai yang terbaik di
kelasnya. Inovasi 40 insinyur-insinyur Indonesia pada CN 235 versi
militer ini adalah penambahan persenjataan lengkap seperti rudal dan
teknologi radar yang dapat mendeteksi dan melumpuhkan kapal selam. Jadi
kalau mengawal Ambalat cukup ditambah satu saja CN235 versi militer
(disamping armada TNI AL dan pasukan Marinir yang ada) untuk mengusir
kapal selam dan kapal perang Malaysia lainnya.

Nah, jadi musuh yang sebenarnya ada di Indonesia sendiri. Yakni watak
orang Indonesia yang tidak mau melihat orang Indonesia sendiri
berhasil. Karya insinyur-insinyur Indonesia yang hebat dalam membuat
alutsista dibilangin orang Indonesia sendiri terutama para ekonom pro
Amerika Serikat dan Eropa: “Mending beli langsung dari Amerika Serikat
dan Eropa karena harganya lebih murah”. Mereka tidak berpikir jauh ke
depan bagaimana Indonesia akan terus tergantung di bidang teknologi,
Indonesia hanya akan menjadi konsumen teknologi dengan membayarnya
sangat mahal terus menerus sampai kiamat tiba.Kalau ada kekurangan yang
terjadi dengan industri karya bangsa sendiri, harus dinilai lebih fair
dan segera diperbaiki bersama-sama. Misalnya para ahli pemasaran atau
sarjana-sarjana ekonomi harus diikutsertakan dalam team work. Sehingga
insinyur-insinyur itu tidak hanya pinter produksi sebuah pesawat tetapi
setidaknya tahu bagaimana menjual sebuah pesawat itu

berbeda dengan menjual sebuah Honda Jazz. Kalau ada kendala dalam
pengadaan Kredit Ekspor sebagai salah satu bentuk pembayaran, tolong
dipecahkan dan didukung oleh dunia perbankan, agar jualan produk
sendiri bisa optimal karena akan menarik bagi calon pembeli asing yang
tak bisa bayar cash.

Satrio Arismunandar

Executive Producer

News Division, Trans TV, Lantai 3

Jl. Kapten P. Tendean Kav. 12 - 14 A, Jakarta 12790

Phone: 7917-7000, 7918-4544 ext. 4034, Fax: 79184558, 79184627

No comments:

Post a Comment